Tuesday, March 5, 2013

Di Balik Kemolekan si Ratu Bunga Berduri


Tak hanya dipajang di pot untuk penghias teras, pak sien hwa-sebutan euphorbia di China-ternyata juga cantik dipelihara sebagai border di taman. Apalagi tanaman ini tahan ’berjemur’ di bawah sengatan matahari. Tanaman ini pun termasuk adaptif dan mampu bertahan hidup di sembarang lokasi serta tahan serangan hama dan penyakit.

Awalnya, euphorbia tumbuh subur di Madagaskar. Tempat hidupnya di daerah panas dan kering. Dari sanalah, sekitar 2000 spesies yang berbeda diintroduksi sejak tahun 1821, kemudian menyebar ke China hingga ke Thailand.

Berkat tangan para penyilang, muncullah jenis-jenis baru. Sejak saat itu, si ratu bunga berduri ini melanglang buana hingga ke Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia. Sebutan euphorbia diambil dari nama seorang dokter raja Juba dari kerajaan Mauritania di Afrika Utara, Euphorbus. Atas jasanya, euphorbia yang tumbuh di gurun berpindah menjadi hiasan yang cantik di rumah. Sosok tanaman sedang, tinggi sekitar 150 cm, dan lebar 100 cm dengan dompolan bunga hingga menyelimuti batang.

Bunga warna-warni dan bentuknya bervariasi seolah menjadi magnet yang menarik perhatian siapa saja yang memandanginya, tak terkecuali Murtadji, pemilik SM Garden di Kediri. Lewat kecintaannya dengan euphorbia, maka saat ini Murtadji berhasil mengembangkan hobinya itu jadi suatu peluang bisnis yang menguntungkan hingga saat ini. Murtadji mengatakan, euphorbia memiliki penampilan yang menawan dibandingkan dengan jenis tanaman hias lainnya, seperti anthurium, aglaonema, dan adenium. Warna bunganya beraneka ragam, tapi dominan memiliki warna merah, kuning, hijau,dan putih dengan hiasan strip atau bercak di setiap petalnya. Tajuknya bagus, rimbun, dan kompak, sehingga menjadi daya tarik lain.

Bentuk bunga euphorbia menyerupai angka delapan dengan beragam variasi. Mahkota bunganya ada yang bulat, bulat lancip, oval, dan berbentuk hati dengan posisi saling menumpuk, menyilang atau bersinggungan. Tak hanya bentuk, ukuran bunga pun ada yang kecil seukuran kancing baju (diameter 2 cm) hingga sebesar koin seratus rupiah (diameter 4-5 cm). Dompolan bunga beragam, mulai dari sedikit (4-5 bunga), sedang (6-15 bunga), sampai banyak (> 16 bunga). Menurut Murtadji, ada beberapa faktor yang mesti diperhatikan sebelum memelihara si ratu bunga ini, yaitu lokasi, sinar matahari, iklim atau cuaca, sirkulasi udara, media tumbuh, dan air.

Tanaman ini cukup adaptif di berbagai daerah. Artinya, euphorbia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dataran rendah hingga tinggi (0-1200 m dpl).

Di dataran rendah (< 300 m dpl) membuat tanaman ini tumbuh lebih cepat, karena udara hangat dan matahari bersinar lebih lama untuk membantu proses fotosintesis. Lingkungan yang bersih dan terbebas dari polusi sangat dibutuhkannya untuk pertumbuhan dan pembungaan. ”Euphorbia akan sulit berbunga serempak, bahkan malas berbunga kalau udara di sekitarnya sudah terpolusi,” ujar pria yang menekuni bisnis euphorbia sekitar dua tahun yang lalu ini. ”Di dataran tinggi (>300 m dpl), euphorbia masih bisa tumbuh subur, meski agak lambat,” lanjutnya.

Idealnya, tanaman ini membutuhkan sinar matahari dengan intensitas 70-80% selama 6-8 jam atau hari. Tanaman ini pun akan berbunga lebih banyak di musim hujan dibanding kemarau, karena saat itu lingkungan cukup mendukung, sehingga kualitas bunga lebih baik daripada musim panas.

Untuk itulah penempatannya harus tepat, tidak boleh terkena sinar matahari langsung terlalu lama, karena terlalu lama ’berjemur’ di bawah sinar matahri dapat menghanguskan pucuk-pucuknya. Terlalu teduh pun dapat berdampak tanaman lambat tumbuh dan bunga yang muncul tak banyak. Penanaman skala besar dapat memakai net 70% untuk menahan intensitas sinar matahari. Sebaiknya, lanjut Murtadji, hindari tempat yang sering mendapat guyuran air hujan, karena tanaman menjadi rusak dan malas berbunga. Euphorbia juga kurang optimal menyerap hara bila lingkungannya bersikulasi udara jelek, meski mendapat sinar matahari.

Di lokasi yang lembab pun malah memicu munculnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Media TumbuhDi alam, euphorbia tumbuh di tempat yang kering dan porous, sehingga media tanam apa pun dapat dipakai untuk menanam euphorbia, asalkan porousitas dan drainasenya bagus. Beberapa bahan media tanam euphorbia terdiri dari sekam bakar, pakis, cocopeat, pasir Malang, dan pupuk kandang. Komposisi media tanam beragam, tergantung pengalaman dan lokasi setempat. Upayakan media ber-pH netral (6,5-7) dan steril.

Penanaman di pot plastik sebaiknya memasukkan potongan styrofoam sebanyak 25% tinggi pot untuk membantu sirkulasi udara di media sekaligus membuang kelebihan air, sehingga media tidak lembab.

Air untuk euphorbia masih cukup penting untuk pertumbuhan akar, cabang, daun, dan bunganya. Namun terlalu banyak memberi air mengakibatkan akar busuk ditandai berwarna coklat, lembek seperti bubur. Sebaliknya, jika penyiraman jarang dilakukan, tanaman mengalami dehidrasi alias kekurangan air. Cirinya, batang mengkerut, daun menguning, mudah rontok, dan sosok tanaman menjadi kerdil. Apabila hal itu dibiarkan, lambat laun tanaman tumbuh tumbuh merana dan mati. Idealnya, penyiraman dilakukan sehari sekali pada musim hujan, dua kali sehari pada musim kemarau) atau bila media sudah kelihatan kering. Waktu penyiraman, yaitu pagi hari pukul 08.00-09.00 atau sore hari pukul 15.00-16.00.

Memilih Euphorbia

Banyaknya jenis euphorbia membuat para hobbies leluasa memilih sesuai dengan selera. Meski demikian, kata Murtadji, sebagai pembeli sebaiknya mampu mencermati euphorbia yang dibeli, supaya nantinya tak kecewa, karena ternyata tanaman kurang bermutu bagus.

Agar tak salah pilih, ada beberapa hal yang mesti diketahui saat akan memilih dan membeli euphorbia, yaitu :- Carilah penjual yang menyediakan euphorbia berkualitas bagus.Untuk mengetahui kredibilitas penjual dapat mencari informasi dari media, seperti majalah atau teman yang sudah datang ke nurserinya. Penjual yang berpengalaman biasanya mampu menjelaskan jenis, sifat, dan asal-usulnya.

Informasi perawatan juga sebaiknya ditanyakan untuk memudahkan pemeliharaan di rumah.- Meski selera penghobi berbeda-beda, sebaiknya memilih euphorbia yang rajin berbunga, karena bentuk bunga, warna bunga, dan dompolan bunga merupakan keindahan tanaman asal Madagaskar ini. Apalagi, bunganya tak gampang rontok.- Tanyakan asal-usul euphorbia, terutama cara perbanyakannya.

Euphorbia yang berasal dari bibit setek umumnya cepat berbunga dibanding tanaman yang berasal dari biji. Lagipula, kualitas bibit asal setek memiliki sifat yang sama dengan induknya. Lain halnya dengan bibit asal biji cenderung menyimpang dari sifat induk, kecuali penyilang melakukan persilangan yang sudah terarah. Apabila memilih bibit asal sambung, pastikan batang atas berasal dari jenis yang berpenampilan bagus.- Ukuran bibit menentukan harganya. Bagi yang berkantung cekak dapat memilih bibit muda, karena berharga murah.

Namun tanaman seperti ini butuh waktu untuk berbunga lebat. Apabila tak sabar ingin menikmati bunga euphorbia dan memiliki cukup uang, beli tanaman yang sudah besar dengan tajuk bagus dan bunga lebat. [cher]

Euphorbia pun Bisa ’Kawin’

Variasi bunga euphorbia cukup banyak. Di alam, penyerbukan alami dibantu serangga, seperti lebah. Kini, berkat upaya kawin silang muncul beragam jenis baru euphorbia dengan penampilan yang cukup spektakuler. Berbekal induk dan pengetahuan yang cukup, profesi menjadi ’penghulu’ euphorbia bisa dilakukan siapa saja. Apalagi si mahkota berduri ini termasuk tipe berbunga sempurna. Maksudnya, serbuk sari (jantan) dan putik (betina) berada dalam satu bunga.

Dengan seleksi induk, mungkin saja bakal diperoleh jenis baru yang lebih bagus dan berbeda dengan induknya.

Adapun tahapan ’kawin’ euphorbia antara lain :

* Siapkan euphorbia yang sedang berbunga. Bunga mekar untuk penyerbukan sekitar 3-4 hari sejak kuncup, dicirikan kepala putik diselimuti lendir, sehingga terasa lengket bila dipegang tangan. Pisahkan di tempat yang aman agar tidak diserbuki oleh serangga.

* Ambil serbuk sari dari bunga euphorbia lain, lalu tempelkan ke kepala putik. Lakukan berulang-ulang sampai serbuk sari benar-benar habis dan melekat di kepala putik. Cotton bud bisa dipakai untuk membantu penyerbukan. Hanya kelemahannya kadang masih ada serbuk sari tersisa di kapas, sehingga tak menyerbuki sempurna ke putik. Waktu penyerbukan pada pagi hari pukul 09.00 saat matahari belum panas dan tanaman sedang dalam proses fotosintesis.

* Setelah 3-6 hari sejak penyerbukan, bunga akan layu dan rontok. Penyerbukan berhasil bila muncul benjolan hijau di pangkal putik.

* Bakal buah akan membesar dan masak berbentuk seperti kapsul.

* Seminggu kemudian buah matang yang ditandai dengan kulit mengering dan warna coklat tua. Segera petik buahnya pada pagi hari, karena jika matahari sudah tinggi, biji-biji yang tersimpan di tempurung buah menjadi kering dan pecah, sehingga biji terpelanting ke tanah. [cher]

Pulihkan Euphorbia Impor dari Perjalanan Jauh

Salah satu keutamaan Murtadji dalam menekuni bisnis euphorbianya adalah ia langsung mengimpor euphorbia dari Thailand. Ia mengaku, tak mudah mengimpor euphorbia dari Thailand dan menyimpannya dalam waktu lama, karena adanya beberapa prosedur yang harus dilalui. Euphorbia impor dari Thailand tersebut berada dalam kemasan kotak karton dan setiap batang dibungkus dengan kertas.

Euphorbia impor bermediakan cocopeat yang kering. Perjalanan dari bandara Suvarnabhumi Thailand hingga mencapai bandara Juanda Surabaya diperlukan 1 hari dengan menggunakan maskapai penerbangan Thailand.

Namun kalau memakai maskapai penerbangan lokal, perjalanan bisa ditempuh hingga dua hari. Jadi, mulai dari proses pengepakan hingga mencapai Kediri, euphorbia berada dalam kotak selama kurang lebih 2-3 hari. Menurut Murtadji, hal ini mengakibatkan euphorbia menjadi layu dan rontok daun.

Demi memulihkan kondisi euphorbia tersebut, sebelum proses penanaman Murtadji mencelupkan media euphorbia yang berupa cocopeat kering ke dalam larutan air dan atonik. Sementara untuk media tanam, ia menggunakan campuran kompos kambing, sekam bakar, cocopeat, dan sekam bakar dengan perbandingan 2:2:2:1 agar media porous. Upayakan media ber-PH netral (6,5-7) dan steril.

Media taman euphorbia harus porous agar air dapat mengalir langsung ke bawah, karena bila media terlalu banyak menahan air dapat menyebabkan busuk akar.

Kebun yang digunakan Murtadji untuk area tanam euphorbia merupakan bekas kolam ikan. Bekas kolam ikan ini dianggap Murtadji sebagai lokasi yang ideal untuknya menumbuhkan euphorbia, karena memiliki sirkulasi udara yang bagus. Euphorbia dapat tumbuh dengan baik di lingkungan yang memiliki sirkulasi udara yang bagus. Penyiraman dilakukan ketika matahari belum terbit dan ketika matahari belum bersinar. Ini dilakukan untuk menjaga kelembaban tanaman. Bila euphorbia disiram pada siang hari dapat menyebabkan tanaman hangus. Kemudian untuk mengurangi intensitas sinar matahari sebaiknya dipasang paranet di kebun.

Untuk pemulihan euphorbia, lanjut Murtadji, sebaiknya intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman dikurangi hingga 80%. Terlalu banyak sinar matahari bisa mengakibatkan pucuk-pucuk daun euphorbia menjadi hangus. Namun terlalu teduh juga bisa mengakibatkan euphorbia tumbuh lambat. Curah hujan juga dapat mengakibatkan euphorbia rusak dan malas berbunga. [cher] 

Sumber : http://tabloidgallery.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment