Sunday, February 3, 2013

Contoh Peluang Investasi Budidaya Bunga Krisan


Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yang dapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut adalah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, Amerika Serikat, Swedia dan sebagainya.

Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki keunggulan, yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama. Bunga krisan terdiri atas sedikitnya 55 varietas, antara lain Pink Paso Dobel, Reagan, Salmon Impala, Klondike, Gold van Langen, Ellen van Langen, Yellow Puma dan Peach Fiji. Warnanya pun cukup beragam, yaitu merah tua, kuning, hijau, putih, campuran merah putih dan lainnya. Bunga elok itu kesegarannya dapat bertahan tidak layu di vas bunga hingga dua minggu sesudah dipetik.

“Jumlah varietas krisan memang banyak. Tapi, kami tidak menanam kesemuanya, kecuali hanya sekitar 11 jenis. Jenis-jenis itu kami pilih karena permintaan pasar lokal yang memang menyukainya. Dari kesebelas jenis itu, krisan berwarna kuning dan hijau yang paling banyak dicari. Persentasenya mencapai 90 persen, sementara sisanya memilih warna-warna lain,” ungkap Hantoko, pemilik kebun krisan asal Kecamatan Tutur Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur.

Alhasil, peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri agaknya tetap terbuka. Seiring permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat, maka peluang agribisnis tanaman ini sangat menarik dikembangkan sebagai lahan investasi.

Bila ingin mengembangkan budidaya bunga potong krisan, ada baiknya memahami betul tentang bunga ini, karena pemeliharaannya tergolong gampang-gampang susah. Menurut Hantoko, sebelum memutuskan membuka lahan untuk pembudidayaan krisan pada 2001 silam, ia lebih dulu mempelajari pola tanam hingga pemasaran ke berbagai daerah, bahkan hingga ke Bogor, Jawa Barat.

Ia sadar, membudidayakan krisan tidak segampang apel, agribisnis yang selama ini menjadi andalannya. Krisan, menurutnya, aslinya berasal dari luar negeri, tepatnya dari Belanda. Karena itu, tidak mudah membudidayakannya di sini, kecuali memenuhi persyaratan khusus, agar pengelolaannya tidak susah, dan bisa didapat hasil yang memuaskan.

Syarat-syarat tersebut diantaranya; bunga krisan sangat cocok ditanam pada lahan dengan ketinggian antara 700-1200 di atas permukaan laut (dpl). Namun, meski tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 meter persegi, dan lampu dipasang setinggi 1,5 meter dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.

Selain itu, suhu udara harus diatur sedemikian rupa. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat selsius. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat selsius. Dan, tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95 persen. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80 persen, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Sementara kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.

Ketika musim panen tiba, juga dibutuhkan ketelitian dalam memanennya. Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10–14 minggu setelah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar. Hantoko menyebut, tanaman krisan siap dipanen setelah berumur tiga bulan. Saat panen yang paling tepat untuk krisan standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Krisan tipe sprai dapat dipanen bila 75-80 persen dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh.

Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari saat temperatur udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Hal yang penting diperhatikan dalam penentuan waktu panen adalah keadaan bunga tidak basah atau berembun atau sebab lain. Bunga yang basah akan mudah terserang cendawan penyebab penyakit busuk.

Pemanenan bunga krisan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dipotong tangkainya atau dicabut seluruh tanamannya. Setelah itu, dipisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu dibersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama, dan daun-daun tua pada pangkal tangkai dibuang.

Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat atau bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu: kelas satu untuk konsumen di hotel dan florist besar. Untuk kelas ini, panjang tangkai bunga lebih dari 70 sentimeter, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 milimeter. Sedangkan kelas dua dan tiga untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal. Kelas ini panjang tangkai bunga kurang dari 70 sentimeter dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 milimeter.

Analisa Ekonomi
Perkiraan analisa budidaya tanaman krisan seluas 0,5 hektar, dengan jarak tanam 10x10 sentimeter, biaya dan keuntungan dapat diasumsikan perhitungannya secara sederhana seperti berikut.

1. Biaya produksi
* Sewa lahan 1 tahun = Rp 1.500.000,-
* Bibit : 150.000 batang @ Rp 250,- = Rp. 37.500.000,-
* Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang, Urea, ZA, SP-36, KCI, KN03, Kapur Pertanian, Pestisida: 150.000 x Rp 600,- = Rp 90.000.000,-
* Biaya tenaga kerja
- Penyiapan lahan, pemupukan, penanaman, dan pemeliharaan: 5 HKP @ Rp 10.000,- x 30 = Rp 1.500.000,- + 5 HKW @ Rp 8.000,- x 30 = Rp 1.200.000,-
* Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) = Rp 500.000,-
Jumlah biaya produksi = Rp 132.200.000,-

2. Pendapatan 150.000 tanaman @ Rp 1.000,- = Rp 150.000.000,-

3. Keuntungan = Rp 17.800.000,-

Keterangan:
HKP : Hari Kerja Pria
HKW : Hari Kerja Wanita

Sumber :
http://dongengdalam.blogspot.com

No comments:

Post a Comment